Langit
masih bergelut dengan awan gelap, tiupan angin yang menyejukkan mulai menembus
cela-cela tubuhku. Ku tarik selimut yang ku kenakan hingga menutupi leher.
Sesaat kemudian jam bekerku berbunyi. Segera ku ambil dan mematikannya. Pagi
ini aku akan bangun sedikit terlambat, karena dinginnya udara tak bisa ku
lawan. Ku pejamkan mataku lagi dan ya berhasil.
"Syifaaaaa ayo
bangun!" suara merdu nan lembut yang sudah tidak asing lagi di telingaku,
suara mama yang setiap pagi tiada bosannya membangunkan ku.
"Iyaya ini bangun,
mam." Jawabku dengan suara lemas.
"Iya jangan
ngomong aja dong sayang. Ayo bangun sudah siang ini. Kamu tidak pergi ke
sekolah?" tanyanya.
"Iya ini sudah
bangun nih mam, sekolah dong ini kan masih pagi." Jelasku dengan mencoba
mengangkat tubuh yang menempel di tempat tidur.
Selesai
semuanya, aku siap untuk melangkah hari ini. Dengan honda beat aku melewati
ruas jalan yang mengantarkan ku menuju ke sekolah. 15 menit sebelum bel masuk
berbunyi, aku sudah berada di dalam kelas. Ini pertama kalinya, aku datang
lebih awal dari sahabat-sahabatku. Biasanya aku yang paling akhir dari mereka,
bahkan 5 menit sebelum bel masuk. Ku ambil sebuah buku pelajaran dari tas ku
sambil menunggu mereka datang.
"Syifaaaaaa, dengarkan
ini dengarkan aku!" suara Sherin dari arah pintu kelas berjalan
menghampiri mejaku.
"Iya, Sherin. Ada
apa kamu memanggil ku sampai begitu?" Tanyaku penasaran.
"Kakak saudara ku
di terima di UA. Kamu kerumahku ya? Ada syukuran sama ku kenalkan kamu dengan
kakak saudaraku. Kan kamu juga pengen di situkan. Mau ya?” Jelasnya.
"Iya, tapi
bagaimana ya, Sher?" guman ku.
"Sudah ayolah
besokkan libur, nanti tak jemputdeh. Aku juga meminta Sita dan Sherly untuk
datang nanti malam. Mau ya, Syifa? Aku jemput jam 7." pinta Sherin padaku.
"Iyadeh ya, aku mau.
Okedeh, tak tunggu."
Kemudian
bel masuk berbunyi. Murid-murid SMA KUSUMA BANGSA memasuki ruang kelas
masing-masing. Pembelajaran pun dimulai hingga selesai. Sepulang sekolah, aku
merebahkan badanku ditempat tidur dan memandang langit-langit kamar ku. “Sebenarnya
impianku ingin menjadi seorang dokter, namun terkadang impian ku di perdebatkan
oleh orang tua ku. Aku masih ingat kalimat papa saat itu “Syifa, setelah lulus
nanti kamu masuk pertanian atau perpajakan saja. Itu lebih mudah daripada kamu
memilih kedokteran.” mama mendukung usul papa yang membuatku semakin bingung
dengan pilihanku akan kemana setelah lulus nanti” batinku dalam hati. Hingga
tak terasa aku tertidur.
"Sayang, ayo
bangun. Sudah jam berapa ini? Kamu tidak sholat?" suara lembut mama
membangunkan tidur siangku.
Aku langsung bangun
"Jam berapa ini mama? Aku ada janji sama Sherin?"
"Masih jam 5 kok,
kamu ada janji apa sayang?" tanya mama.
“Dia menyuruhku datang
ke syukurannya kakak saudara yg di terima di UA, dia menjemputku nanti."
jelasku.
"Di UA? Jurusan
apa?"
"Entahlah mam,
Sherin tidak memberitahuku. Tapi dia akan mengenalkanku pada kakak saudaranya
itu."
"Ya sudah cepat
mandi dan sholat sana, biar nanti Sherin menjemputmu ia tak menunggu
lama." Perintah mama.
"Iya, mama."
Setelah
mandi, aku menyiapkan barang yang akan ku bawa untuk nanti. Jam 7, Sherin sudah
menjemputku. 15 menit kemudian, kami berdua sampai dirumah yang megah, mewah,
dan ramai, itu rumah Sherin. Disana sudah ada Sherly dan Sita serta teman-teman
kakak saudara Sherin, kak sarah.
"Sherin kemari
ajak teman-temanmu." Dari kejauhan kak Sarah memanggil Sherin.
"Ayo, Syifa, Sita,
Sherly kesana." Ajakan Sherin dengan menunjuk kearah kak Sarah.
Kebahagian
acara itu terlihat dari canda dan tawa teman-teman kak Sarah yang hadir. Di
hadapanku ada seorang wanita berjilbab pink dengan lekukan senyum bahagia
menghiasi wajah cantiknya. Ia adalah kak Sarah.
"Hai Syifa, apa
kabar?" sapa kak Sarah padaku.
"Alhamdulillah
baik kak, selamat ya kak aku turut bahagia." ku jabat tangan kak Sarah.
"Iya, terimakasih
juga sudah menyempatkan untuk hadir diacaraku, Syifa." jelasnya.
"Iya kak Sarah,
sama-sama."
Belum
sempat panjang lebar mengobrol teman-teman kak Sarah sudah memintanya untuk
bergabung kesana.
“Aku
tinggal dulu ya, Syifa. Kamu nikmati dulu makanannya." kata kak Sarah.
Belum
sempat ku jawab, kak Sarah sudah meninggalkanku. Aku dan teman-teman menikmati
makanan yang disajikan. Awan semakin gelap, hanya sinar bulan yang menerangi bumi.
Aku diantarkan pulang oleh Sita dan Sherly, setelah kami bertiga berpamitan
kepada kak Sarah dan keluarga Sherin. Sesampai dirumah, aku bergegas menuju
kamar. Ku rebahkan badanku ditempat tidur.
Ponselku berbunyi, seketika aku
terbangun dari tidur lelapku. Aku membaca pesan masuk tersebut dengan mata yang
masih remang-remang. Saat itu juga aku langsung terkejut ketika membaca salah
satu kalimatnya. Aku terbangun dari
tempat tidurku dan melihat kearah jam dinding. Syukurlah masih jam 5 pagi. Aku
mencoba melihat dan membaca lagi pesan di ponselku, ternyata pesan itu dari kak
Sarah yang mengajakku jogging dengan Sherin, Sita, dan Sherly. Pukul 5.30 aku
sudah siap untuk jogging dengan kak Sarah dan sahabat-sahabatku.
Mulai
saat itulah, aku dan kak Sarah semakin dekat, layaknya seorang kakak dengan
adik perempuannya. Jika aku ada masalah, kak Sarah lah orang kedua yang
membantuku setelah aku bercerita pada mama. Jika ada sesuatu hal yang tak bisa
dan aku bingung, aku selalu bertanya kepada kak Sarah. Begitu pula sebaliknya.
Kak Sarah juga tak cuma-cuma memberi ku apapun yang ia punya, ia juga
menceritakan padaku bagaimana dia bisa sampai sekarang ini menjadi mahasiswa di
UA. Ia juga menasehati ku, aku harus apa dan bagaimana untuk menuju ke
universitas yang ku impikan setelah lulus SMA ini.
Tiga tahun bukanlah waktu yang lama
untuk ditempuh jika melewatinya dengan rasa keikhlasan. Kini aku lulus SMA
dengan tangis kebahagiaan yang menghampiriku. Aku lulus dengan hasil yang
memuaskan dan kedua orang tua ku lebih bangga melihatku ketika aku di terima di
UA. Meskipun sebelumnya sempat berdebat, tetapi akhirnya orang tua ku menuruti
kemauanku.
Waktu akan terus berjalan maju,
menuntun mereka yang menggunakannya dengan bijaksana dan adil. Begitu juga
dengan menjadi mahasiswa di UA, semakin hari semakin banyak persaingan yang
tiada hentinya untuk melangkah mencapai target masing-masing. Namun aku belum
selesai mencapai targetku, aku masih harus berjuang untuk mencapainya. Selama
menjadi mahasiswa di UA, aku juga tidak merepotkan orang tua ku untuk membayar
kuliah ku karena aku mendapat beasiswa hingga kuliah ku selesai nanti. Dan
kurasa enam tahun sudah aku menjadi mahasiswa UA, sekarang aku lulus kuliah
dengan IP diurutan ke lima dalam kedokteran. Satu tahun kemudian, aku
mengabdikan diriku di rumah sakit Adifa yang cukup terkenal di daerah Surabaya.
Lekukan senyum yang menghiasi wajah
kedua orang tua ku, terlihat semakin lebar dengan tangis bahagia melihat
kesuksesan yang ku peroleh sekarang. “Syifa mohon maaf kalau sikap dan tingkah
laku Syifa yang dulu kepada mama dan papa, Syifa sayang sama mama dan papa.
Syifa akan mendampingi mama dan papa pergi ke tanah suci.” Seraya memeluk
mereka berdua dengan air mata yang membasahi kedua pipi ku.
“Sayang,
papa dan mama sudah pasti memaafkan itu semua. Papa dan mama sudah bahagia
melihat kamu mencapai cita-citamu sekarang, yang dulu sering papa dan mama
pertimbangkan untukmu agar tidak memilihnya.” Jelas papa.
Tak lupa aku bersyukur pada-MU atas
semuanya yang telah Engkau berikan kepada ku hingga aku menjadi seorang dokter
yang cukup terkenal. Aku bersyukur juga Engkau telah mempertemukan ku dengan
orang-orang yang mengantarkan ku pada impian ku.
Sudah lama aku tak bertemu kak Sarah
dan sahabat-sahabatku, setelah lulus SMA saat itu. Aku juga masih ingat kalimat
terakhir yang ku ucapkan pada mereka, “Sampai ketemu nanti, semoga kita berempat
berhasil mencapai impian yang kita ukir bersama dan bertemu di kemudian hari.”
Hari ini jam kerja ku di rumah sakit
tidak ada, ku putuskan untuk mencoba menghubungi nomor telepon
sahabat-sahabatku dan kak Sarah, aku berniat mengundangnya untuk datang ke
rumah ku. Dan malam itu mereka datang, hampir saja aku tak mengenali mereka.
Penampilan dahulu yang ku temui sewaktu SMA, sekarang sudah jelas berubah.
Sherin menjadi arsitektur, Sita menjadi direktur bank di Surabaya, Sherly
menjadi dosen, dan kak Sarah menjadi dokter gigi. Kami saling bertukar
pengalaman mengenai perjalanan kesuksesan masing-masing dengan canda dan tawa
yang menghiasi malam itu hingga kami terlelap dalam tidur.
Kini lengkap sudah kebahagiaan ku
Tuhan, aku bersyukur kepada-MU. Aku telah berhasil mencapai target impian ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar