Kamu yang memakai jaket merah
Caramu melihat dan menyapaku menggunakan
ciri khasmu secara tidak langsung mampu membuat ukiran senyum
diwajahku. Apalagi di saat kamu mencoba membuka topik pembicaraan,
disetiap kata yang kamu keluarkan, mampu membuatku tertawa. Wajahmu
yang masih lugu, cara bicaramu yang khas, badanmu yang tak terlalu
tinggi dan gendut, sikapmu yang lembut, tatapan matamu yang membuat
ku ingin bertemu denganmu lagi. Saat itumasih kurasakan hangatnya kedekatan kita walaupun hanya sesaat. saat itu juga kamu mencoba membuka topik pembicaraan ketika rasa malu mau menyelimuti kita. Saat itu aku masih jelas melihat raut wajahmu begitu dekat, dan saat itu (mungkin) topik pembicaraan kita
harus berakhir. kamu berubah setelah pertemuan itu, mulai diam dan
tak menyapaku lagi saat bertemu, hanya tatapan matamu yang seakan
menjawab tanyaku ini. aku masih saja melihatmu dari jauh, saat dia
sedang mencoba mengacak-acak pikiranku dan membuat hatiku gelisah tak
menentu. Aku masih saja ingin bertemu denganmu, saat aku rindu awal
pertama kamu menyapaku. Aku masih saja bertanya tentangmu, saat aku
ingin tau kabarmu. Dan semua masih saja, kamu terdiam saat bertemu,
tak menyapaku saat bertatap muka, namun kamu masih saja muncul dan
hadir di saat aku sedang tak ingin menatap dia dan membutuhkan sosok
dia. Saat itulah kamu muncul dihadapanku, meskipun aku dan kamu tak
membuka topik pembicaraan (lagi) dan tak saling menyapa (lagi). Hanya
tatapan mata yang mampu menjawabnya. Aku merindukan percakapan kita
dulu dan aku hanya bisa melihat tubuhmu yang selalu memakai jaket
merah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar