Rabu, 17 Juli 2013

Kamu yang memakai jaket merah


     Caramu melihat dan menyapaku menggunakan ciri khasmu secara tidak langsung mampu membuat ukiran senyum diwajahku. Apalagi di saat kamu mencoba membuka topik pembicaraan, disetiap kata yang kamu keluarkan, mampu membuatku tertawa. Wajahmu yang masih lugu, cara bicaramu yang khas, badanmu yang tak terlalu tinggi dan gendut, sikapmu yang lembut, tatapan matamu yang membuat ku ingin bertemu denganmu lagi. Saat itumasih kurasakan hangatnya kedekatan kita walaupun hanya sesaat. saat itu juga kamu mencoba membuka topik pembicaraan ketika rasa malu mau menyelimuti kita. Saat itu aku masih jelas melihat raut wajahmu begitu dekat, dan saat itu (mungkin) topik pembicaraan kita harus berakhir. kamu berubah setelah pertemuan itu, mulai diam dan tak menyapaku lagi saat bertemu, hanya tatapan matamu yang seakan menjawab tanyaku ini. aku masih saja melihatmu dari jauh, saat dia sedang mencoba mengacak-acak pikiranku dan membuat hatiku gelisah tak menentu. Aku masih saja ingin bertemu denganmu, saat aku rindu awal pertama kamu menyapaku. Aku masih saja bertanya tentangmu, saat aku ingin tau kabarmu. Dan semua masih saja, kamu terdiam saat bertemu, tak menyapaku saat bertatap muka, namun kamu masih saja muncul dan hadir di saat aku sedang tak ingin menatap dia dan membutuhkan sosok dia. Saat itulah kamu muncul dihadapanku, meskipun aku dan kamu tak membuka topik pembicaraan (lagi) dan tak saling menyapa (lagi). Hanya tatapan mata yang mampu menjawabnya. Aku merindukan percakapan kita dulu dan aku hanya bisa melihat tubuhmu yang selalu memakai jaket merah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar