Kamis, 16 April 2015

Kamu yang Memakai Jaket Merah (2)

      Mentari seakan enggan untuk beranjak dari kediamannya. Sedangkan mendung masih menyelimuti bumi dengan hembusan angin yang dingin. Mungkin kemarin malam, langit meneteskan air mata dan sebentar lagi akan muncul pelangi dengan keindahannya yang mampu menarik setiap insan untuk mengagumi pagi ini meski mentari tak menghangatkan bumi. Siapapun yang melihat pelangi itu sungguh saat beruntung, kecuali aku. Aku tak bisa melihatnya karna kecerobohanku yang terlarut dalam bayangan malam kemarin hingga tidurku sangat pulas. Hanya ada rasa kecewa namun menyesal juga tak akan bisa mengubah keadaan.
            Bayangan malam kemarin hingga sekarang masih menyelimuti perasaan dan mengusik isi kepalaku. Entah mengapa ia tak mau pergi, padahal aku sudah berencana untuk membuangnya jauh. Sedikit ku ingat, sapa dan candanya hanya bisa ku lihat dari jauh. Walaupun aku bisa dekat memandangnya, itu hanya karna temannya dulu yang mencintaiku sekarang. Setiap kali bertemu, kedua bola mata kita kadang saling bertemu. Mungkin kau hanya terkejut dengan aku dan kenapa aku bisa dengan temanmu. Tapi apa pedulimu kepadaku? Meskipun kau menghampiri temanmu yang disampingnya ada aku, kau masih saja diam. Kau masih saja cuek dan kau masih saja tak menyapa.
Bahkan saat berbicara dengan temanmu itu, kau seperti ingin cepat-cepat mengakhir pembicaraan. Hal itu terlihat jelas saat kau sekejap melihat ke arahku dan kemudian memalingkan muka dari padanganku. Aku melihatnya namun aku berpura-pura tak peduli bahwa tanganmu sekarang sedang berjabatan tangan dengan tangan temanmu itu. Kemudian tanganmu berada tepat didepanku, aku tak percaya kau lakukan itu untuk pertama, setelah topik pembicaraan kita berakhir. Ada rasa canggung dan malu, saat tangan kita bertemu. namun aku segera melepas karna aku tau itu tak akan bisa mengubahmu untuk berbicara kepadaku setiap kali bertemu dengan atau tanpa temanmu itu. mungkin saja kau terpaksa menjabat tangan denganku karna menghormati temanmu yang ada disebelahku. Kau berjalan perlahan mulai menjauh dengan jaket merah dan aku hanya bisa memandangi punggungmu dari kejauhan yang terlihat semakin kecil lalu menghilang. Aku juga tak mengerti mengapa masih dipertemukan jika nyatanya kau masih tak ingin menyapa atau berbicara denganku, walau sebentar. Ah ini sudah menjadi wajar bukan? Kau melakukan hal itu padaku. Bodohnya aku yang masih menulis setiap melihat kau berada tepat dalam pandangan kedua bola mataku.


orang yang masih bertahan
mengagumi dirimu
yang memakai jaket merah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar