Mentari seakan enggan untuk beranjak
dari kediamannya. Sedangkan mendung masih menyelimuti bumi dengan hembusan
angin yang dingin. Mungkin kemarin malam, langit meneteskan air mata dan
sebentar lagi akan muncul pelangi dengan keindahannya yang mampu menarik setiap
insan untuk mengagumi pagi ini meski mentari tak menghangatkan bumi. Siapapun
yang melihat pelangi itu sungguh saat beruntung, kecuali aku. Aku tak bisa
melihatnya karna kecerobohanku yang terlarut dalam bayangan malam kemarin
hingga tidurku sangat pulas. Hanya ada rasa kecewa namun menyesal juga tak akan
bisa mengubah keadaan.
Bayangan
malam kemarin hingga sekarang masih menyelimuti perasaan dan mengusik isi kepalaku.
Entah mengapa ia tak mau pergi, padahal aku sudah berencana untuk membuangnya
jauh. Sedikit ku ingat, sapa dan candanya hanya bisa ku lihat dari jauh.
Walaupun aku bisa dekat memandangnya, itu hanya karna temannya dulu yang
mencintaiku sekarang. Setiap kali bertemu, kedua bola mata kita kadang saling
bertemu. Mungkin kau hanya terkejut dengan aku dan kenapa aku bisa dengan
temanmu. Tapi apa pedulimu kepadaku? Meskipun kau menghampiri temanmu yang
disampingnya ada aku, kau masih saja diam. Kau masih saja cuek dan kau masih
saja tak menyapa.
Bahkan
saat berbicara dengan temanmu itu, kau seperti ingin cepat-cepat mengakhir
pembicaraan. Hal itu terlihat jelas saat kau sekejap melihat ke arahku dan
kemudian memalingkan muka dari padanganku. Aku melihatnya namun aku
berpura-pura tak peduli bahwa tanganmu sekarang sedang berjabatan tangan dengan
tangan temanmu itu. Kemudian tanganmu berada tepat didepanku, aku tak percaya
kau lakukan itu untuk pertama, setelah topik pembicaraan kita berakhir. Ada
rasa canggung dan malu, saat tangan kita bertemu. namun aku segera melepas
karna aku tau itu tak akan bisa mengubahmu untuk berbicara kepadaku setiap kali
bertemu dengan atau tanpa temanmu itu. mungkin saja kau terpaksa menjabat
tangan denganku karna menghormati temanmu yang ada disebelahku. Kau berjalan
perlahan mulai menjauh dengan jaket merah dan aku hanya bisa memandangi
punggungmu dari kejauhan yang terlihat semakin kecil lalu menghilang. Aku juga
tak mengerti mengapa masih dipertemukan jika nyatanya kau masih tak ingin
menyapa atau berbicara denganku, walau sebentar. Ah ini sudah menjadi wajar
bukan? Kau melakukan hal itu padaku. Bodohnya aku yang masih menulis setiap
melihat kau berada tepat dalam pandangan kedua bola mataku.
orang yang masih bertahan
mengagumi dirimu
yang memakai jaket merah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar